BENGKULU, caribengkulu.com – Setiap tahun di bulan Muharram, Kota Bengkulu akan diramaikan oleh sebuah perayaan budaya dan religi yang spektakuler bernama Festival Tabot. Bagi warga Bengkulu, ini adalah acara yang paling ditunggu-tunggu. Namun, bagi Anda yang baru pertama kali mendengarnya, berikut adalah panduan lengkap untuk memahami apa itu tradisi kebanggaan Bumi Rafflesia ini.

Apa Itu Tabot? Tabot (sering juga ditulis Tabut) adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Islam sekaligus untuk mengenang kisah kepahlawanan dan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Husein gugur dalam pertempuran di Padang Karbala, Irak, pada tanggal 10 Muharram 61 Hijriah. Kata "Tabot" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "peti kayu" atau "keranda". Dalam festival ini, "Tabot" merujuk pada bangunan megah berbentuk menara yang diarak keliling kota.

Bagaimana Sejarahnya? Tradisi ini pertama kali diperkenalkan di Bengkulu sekitar abad ke-17. Sejarahnya merupakan perpaduan dari dua gelombang. Pertama, oleh para penyiar agama Islam keturunan Nabi (disebut Zuriat atau Sayid) seperti Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo). Kedua, oleh para pekerja dan tentara Islam Syiah dari India (disebut Sipai) yang dibawa oleh Inggris saat membangun Benteng Marlborough. Kedua tradisi ini kemudian berakulturasi dengan budaya lokal Melayu Bengkulu dan diwariskan secara turun-temurun oleh komunitas yang dikenal sebagai Keluarga Kerukunan Tabot (KKT).

Kapan Dilaksanakan? Festival Tabot dilaksanakan setiap tahun selama 10 hari pertama bulan Muharram, dalam kalender Islam. Puncak acaranya jatuh pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Apa Saja Rangkaian Acaranya? Secara garis besar, ada dua jenis acara: ritual sakral dan festival budaya.Rangkaian Ritual Sakral (1-10 Muharram): Ini adalah inti dari Tabot dan hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Tabot. Terdiri dari beberapa tahapan utama:

1. Mengambik Tanah: Ritual mengambil tanah di tempat keramat sebagai simbol asal-usul manusia.
2. Duduk Penja: Mencuci "Penja", benda sakral berbentuk telapak tangan yang melambangkan tangan Husein.
3. Menjara: Kunjungan antar kelompok Tabot yang diiringi adu tabuh musik dol.
4. Meradai: Prosesi mengumpulkan dana sukarela dari masyarakat.
5. Arak Jari-Jari & Arak Sorban: Mengarak Penja dan sorban keliling kota.
6. Gam: Hari tenang atau berkabung, tidak boleh ada bunyi-bunyian musik.
7. Tabot Naik Pangkek: Proses merakit bangunan Tabot menjadi utuh.
8. Arak Gedang: Pawai akbar seluruh Tabot pada malam puncak (malam 10 Muharram).
9. Tabot Tebuang: Prosesi terakhir di mana bangunan Tabot diarak dan dibuang di komplek pemakaman Karabela pada tanggal 10 Muharram.

Kegiatan Festival Budaya: Untuk memeriahkan acara, pemerintah daerah menggelar berbagai kegiatan pendukung yang terbuka untuk umum, seperti:

• Bazar dan Pameran UMKM: Menjual aneka kuliner, kerajinan, dan produk khas Bengkulu.
• Lomba-lomba: Seperti Lomba Tari Kreasi Tabot, Lomba Musik Dol, Lomba Ikan-ikan, dan Telong-telong (lampion hias).
• Panggung Hiburan: Menampilkan pertunjukan seni dari berbagai sanggar dan komunitas etnis di Bengkulu.

Apa Makna Festival Ini? Festival Tabot memiliki banyak nilai:

• Nilai Religius: Mengenang pengorbanan Imam Husein dan menyambut Tahun Baru Islam.
• Nilai Sejarah: Menjaga warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun.
• Nilai Sosial: Menjadi ajang silaturahmi dan pemersatu masyarakat Bengkulu yang beragam suku dan agama.
• Nilai Ekonomi: Mendorong pariwisata dan perekonomian masyarakat lewat bazar dan kunjungan wisatawan.

Festival Tabot adalah wajah Bengkulu. Ia adalah cerminan dari sejarahnya yang kaya, masyarakatnya yang harmonis, dan semangatnya untuk terus melestarikan budaya adiluhung.