BENGKULU, 12 Februari 2025 – Harga getah karet di Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan signifikan mencapai Rp15.000 per kilogram (kg) untuk jenis karet kering, berdasarkan data terbaru dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu. Kenaikan ini menjadi kabar gembira bagi petani setelah sebelumnya harga bertahan di angka Rp10.000–Rp12.000 per kg.
Kepala Seksi Perkebunan Dinas TPHP Bengkulu, Yuhan Sahneri, mengonfirmasi bahwa lonjakan harga dipicu oleh peningkatan permintaan pasar global dan kualitas produksi petani yang lebih baik. “Karet kering dari Bengkulu kini dihargai lebih tinggi karena bersih dari campuran plastik atau air. Ini membuktikan keseriusan petani dalam menjaga mutu,” ujarnya saat diwawancarai Senin (10/2/25).
Sementara itu, untuk karet basah, harga tetap berkisar Rp10.000–Rp12.000 per kg, tergantung kadar air dan kebersihan. Yuhan juga mengingatkan pentingnya konsistensi kualitas: “Kami imbau petani tidak mencampur karet dengan bahan lain agar harga tetap kompetitif di pasar ekspor.”
Petani: Harap Harga Tak Turun Lagi
Sutarno, petani karet asal Kabupaten Mukomuko, mengaku lega dengan kenaikan ini. “Selama ini banyak kebun karet beralih ke sawit karena harga tak menentu. Saya harap Rp15.000/kg ini bisa bertahan agar kami tak kehilangan lahan produktif,” tuturnya.
Kesenangan serupa dirasakan Jumadi, tengkulak di Bengkulu Utara, yang kini bisa menjual karet ke pabrik luar provinsi seperti Padang dan Palembang dengan harga lebih tinggi. “Kalau di dalam provinsi, pabrik lokal hanya beli Rp14.000/kg. Tapi dengan permintaan naik, kami bisa nego hingga Rp15.000/kg,” jelasnya.
Naik Turun Harga dan Tantangan ke Depan
Meski terjadi kenaikan di tingkat provinsi, beberapa wilayah seperti Seluma sempat mengalami penurunan harga hingga Rp11.500/kg awal Februari lalu. Supendi, pengepul di Desa Tenangan, Seluma, mengeluhkan fluktuasi ini: “Petani butuh kepastian. Banyak yang beralih ke sawit karena harga karet tak stabil.”
Yuhan Sahneri menegaskan, pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas harga melalui peningkatan akses pasar dan pendampingan kualitas. “Kami sedang koordinasi dengan pelaku usaha untuk membuka jalur ekspor langsung dari Bengkulu, sehingga petani tidak tergantung tengkulak atau pabrik luar,” tambahnya.
Dampak Ekonomi dan Harapan di 2025
Kenaikan ini dinilai sebagai angin segar bagi perekonomian daerah, mengingat sektor perkebunan karet menyerap ribuan tenaga kerja di Bengkulu. Data Dinas TPHP mencatat, produktivitas kebun karet di provinsi ini masih di atas rata-rata nasional, dengan hasil 1,2 ton/hektare/tahun.
Namun, petani seperti Sutarno berharap pemerintah juga mempermudah akses Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Selama ini, petani sawit lebih mudah dapat KUR. Kami butuh dukungan modal untuk perawatan kebun dan teknologi pengolahan,” pintanya.
Dengan prospek harga yang cerah, Dinas TPHP optimis Bengkulu bisa menjadi pemasok utama karet nasional. “Kuncinya ada di kualitas. Jika petani konsisten, bukan tidak mungkin harga bisa tembus Rp20.000/kg,” tutup Yuhan.
0 Comments