29

Hujan Ringan

Sabtu, 06 September 2025 10:00

Terobosan Ekonomi Bengkulu: Limbah B3 Disulap Jadi Ladang PAD, BUMD Bimex Jadi Ujung Tombak
0 Likes
439 Views
Berita  Lingkungan

Terobosan Ekonomi Bengkulu: Limbah B3 Disulap Jadi Ladang PAD, BUMD Bimex Jadi Ujung Tombak

Bengkulu, CariBengkulu.com– Di tengah tuntutan inovasi fiskal daerah, Pemerintah Provinsi Bengkulu tak henti mencari celah baru untuk menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebuah terobosan signifikan kini tengah digarap serius: menyulap limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan, dengan menempatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Bimex sebagai garda terdepan. Langkah ambisius ini diharapkan mampu mengubah pandangan terhadap limbah yang selama ini hanya dianggap sebagai masalah, menjadi potensi emas bagi kemandirian daerah.

Gagasan ini mengemuka dalam Rapat Sosialisasi Pengelolaan Limbah B3 yang digelar di Ruang Merah Putih, Kantor Gubernur Bengkulu, Kamis (17/7/2025). Wakil Gubernur Bengkulu, Mian, dengan tegas menyampaikan bahwa Bengkulu tidak bisa lagi hanya bergantung pada sumber-sumber PAD konvensional. Diperlukan pemikiran "out of the box", dan pengelolaan limbah B3 yang berorientasi hilirisasi adalah jawabannya.

"Limbah B3 tidak selamanya menjadi beban. Bila dikelola dengan benar dan memiliki sistem hilirisasi yang baik, justru bisa menjadi sumber pemasukan daerah," ujar Wagub Mian, menekankan visi jangka panjang Pemerintah Provinsi di bawah kepemimpinan Gubernur Helmi Hasan dan dirinya. "Di sinilah peran BUMD seperti PT Bimex menjadi sangat strategis. Mereka harus menjadi ujung tombak dalam menggali pundi-pundi PAD."

Dari Masalah Lingkungan Menjadi Peluang Ekonomi Bernilai Miliaran Rupiah

Selama ini, pengelolaan limbah B3, khususnya limbah medis dari rumah sakit dan fasilitas kesehatan, seringkali menjadi tantangan besar. Volume limbah yang terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan layanan kesehatan, menuntut solusi yang tidak hanya aman bagi lingkungan tetapi juga efisien secara biaya. Data menunjukkan, RSUD M. Yunus Bengkulu, sebagai salah satu rumah sakit rujukan utama, menghasilkan volume limbah medis yang signifikan. Ironisnya, sebagian besar limbah ini kerap dikirim ke luar provinsi untuk diolah, menimbulkan biaya mahal dan potensi PAD yang "bocor" ke daerah lain.


Inilah yang ingin diubah oleh duet Helmi-Mian di akhir masa kepemimpinannya. "Jangan sampai potensi PAD justru bocor ke luar karena limbah kita dikelola oleh pihak swasta dari luar daerah," tegas Mian, yang juga mantan Bupati Bengkulu Utara ini. "Jangan anggap remeh sektor limbah. Di luar sana, pengelolaan limbah medis bisa menjadi bisnis bernilai miliaran rupiah per tahun. Kalau dikelola sendiri, PAD kita bisa terdongkrak signifikan."

Pernyataan ini bukan isapan jempol belaka. Dengan pengelolaan yang terintegrasi, limbah B3 seperti limbah medis, limbah industri, atau bahkan limbah elektronik, dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi atau setidaknya mengurangi biaya pemusnahan yang selama ini membebani anggaran daerah. Misalnya, melalui teknologi insinerasi modern yang memenuhi standar lingkungan, limbah medis dapat diubah menjadi abu yang lebih aman atau bahkan menghasilkan energi.

Kolaborasi Tiga Pilar: Bimex, Dinas Kesehatan, dan RSUD M. Yunus

Untuk mewujudkan visi ini, Pemerintah Provinsi merancang sebuah kolaborasi strategis antara PT Bimex, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, dan manajemen RSUD M. Yunus. Skema kerja sama ini akan memastikan pengelolaan limbah B3 tidak hanya aman dan sesuai standar lingkungan, tetapi juga mampu menciptakan nilai ekonomi yang signifikan.

Plt. Direktur Utama PT Bimex, Wawan Asri, menyambut baik tantangan ini. Ia mengakui, untuk mengelola limbah B3 secara profesional dan berkelanjutan, Bimex membutuhkan tidak hanya modal dan teknologi yang memadai, tetapi juga regulasi yang mendukung dan keberpihakan penuh dari pemerintah sebagai pemegang saham utama.

"Kami siap menjadi ujung tombak penghasil PAD, tapi ini perlu sinergi semua pihak," ujar Wawan. "Dari sisi teknis, kami akan siapkan sumber daya dan sistem yang sesuai standar. Tinggal bagaimana kita duduk bersama dan bangun kerangka kerja yang pasti."

Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah awal kemandirian daerah dalam pengelolaan limbah B3. Dari sana, kontribusi nyata terhadap peningkatan PAD serta percepatan pembangunan daerah dapat terwujud. Wawan menegaskan bahwa jika proyek ini berhasil, Bimex tak hanya akan mampu menyetor PAD secara rutin, tetapi juga membuka peluang kerja baru bagi masyarakat lokal dan menciptakan ekosistem bisnis pengelolaan limbah yang sehat di Bengkulu.

Investasi Sosial dan Lingkungan untuk Bengkulu Mandiri

Lebih dari sekadar mencari profit, PT Bimex memandang proyek pengelolaan limbah B3 ini sebagai investasi sosial dan lingkungan. "Kami tidak sekadar mencari profit. Ini adalah investasi sosial dan lingkungan. Kita ingin Bengkulu jadi pelopor pengelolaan limbah daerah yang mandiri dan berkelanjutan," pungkas Wawan.

Visi ini sejalan dengan semangat pemerintah daerah dalam menciptakan sumber-sumber pendapatan baru yang berkelanjutan dan tidak hanya bergantung pada sektor konvensional seperti pajak daerah dan retribusi. Di sisi lain, upaya ini juga menunjukkan komitmen Pemprov Bengkulu dalam pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab.

Dengan langkah progresif ini, Pemprov Bengkulu menunjukkan keseriusannya dalam mendorong reformasi kebijakan berbasis potensi lokal. Pengelolaan limbah B3 yang dulunya dipandang sebagai beban lingkungan, kini diubah menjadi sumber daya bernilai ekonomi tinggi yang mampu memperkuat fondasi keuangan daerah. Jika rencana ini berjalan sesuai harapan, bukan tidak mungkin Bengkulu akan menjadi salah satu daerah percontohan dalam pemanfaatan limbah sebagai sumber PAD di Indonesia. Kolaborasi antarsektor yang digalang Pemerintah Provinsi menjadi kunci utama dalam mewujudkan tujuan tersebut, demi Bengkulu yang lebih mandiri, bersih, dan sejahtera.

Label Postingan
Kategori Lainnya
Berita Lainnya
Sektor Lainnya
0 Comments