BENGKULU- Azhar, sopir angkutan kayu bakar sekaligus penjual ayam keliling di Kota Bengkulu, tak kuasa menahan kecewa. Sudah tiga hari berturut-turut ia tak bisa bekerja lantaran BBM langka. "Kerjaan saya angkut kayu bakar, kalau pagi-pagi jualan ayam. Hari ini malah tidak kerja, gak dapat bensin," ujarnya dengan nada pasrah saat mengantre di SPBU Tebeng, Senin (26/5/2025).
Kisah Azhar mewakili ribuan pedagang kecil, sopir ojek, dan nelayan Bengkulu yang terdampak langsung krisis BBM yang sudah berlangsung hampir tiga pekan. Antrean mengular hingga 2 kilometer di SPBU-SPBU utama kota, sementara harga BBM eceran melonjak fantastis hingga Rp 30.000 per liter di beberapa wilayah.
"Sudah 3 mingguan BBM sulit ini, kadang sampai gak kerja 3 hari. Yang luar biasa tahun ini, tahun kemarin ada juga, tapi tidak separah ini," keluh Azhar yang sudah mengantre sejak pukul 08.30 WIB namun hingga siang belum mendapat jatah BBM.
Situasi serupa dialami Bambang Irianto, warga Kecamatan Talo, Seluma. Untuk mendapat BBM eceran, ia harus merogoh kocek Rp 20.000-25.000 per liter. "Tolong nian pak, kenapa BBM seperti ini. Hari ini saya tidak kerja karena tidak dapat pertalite," katanya dengan nada putus asa.
Pakar Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, Dr. Anzori Tawakal, memperingatkan dampak serius krisis ini. "BBM sudah termasuk kategori kebutuhan dasar bagi masyarakat untuk mencari penghasilan. Jika hal ini terus berlarut-larut, maka bukan tidak mungkin ekonomi Bengkulu akan lumpuh," tegasnya.
Kondisi makin parah ketika transportasi umum pun terbatas di sebagian wilayah Bengkulu, membuat masyarakat semakin bergantung pada kendaraan pribadi yang membutuhkan BBM.
0 Comments