
Surat Cinta Rica untuk Ayah: Kisah Bakti Bocah 12 Tahun di Kaur yang Getarkan Hati Gubernur dan Bupati
Kisah inspiratif Rica (12) dari Kaur, Bengkulu, yang memilih merawat ayahnya yang lumpuh hingga tak sekolah. Pengorbanannya dijawab tuntas oleh Gubernur Helmi Hasan dan Bupati Gusril Pausi.
CariBengkulu.com , KAUR – Di usia 12 tahun, saat sebagian besar anak-anak seusianya disibukkan dengan pelajaran sekolah dan riangnya bermain, Rica justru tengah menulis "surat cinta" terindahnya. Bukan di atas kertas, melainkan lewat pengabdian tulus merawat sang ayah, Rustam, yang telah empat tahun terbaring lumpuh.
Kisah pilu sekaligus inspiratif ini datang dari sudut Desa Tebing Rambutan, Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Rica, seorang bocah perempuan, harus memikul tanggung jawab yang jauh melampaui usianya.
Ia terpaksa mengubur sementara mimpinya mengenyam pendidikan karena harus menjadi tulang punggung, merawat, dan menghidupi ayahnya seorang diri. Sebuah potret bakti yang menggetarkan, namun juga sebuah ironi di tengah kemajuan zaman.
Adik sanak sahabat cari bengkulu, kisah Rica adalah cerminan nyata dari dilema berat antara bakti kepada orang tua dan hak dasar seorang anak atas pendidikan. Namun, di Bengkulu, kisah ini tidak berakhir dalam senyap.
Dilema Sang Anak: Merawat Ayah atau Meraih Mimpi
Perjuangan Rica tidaklah mudah. Ayahnya, Rustam (52), telah lumpuh selama empat tahun terakhir. Kondisi ini praktis melumpuhkan ekonomi keluarga. Untuk bertahan hidup, mereka bergantung penuh pada belas kasihan dan uluran tangan tetangga.
"Jangankan mencari uang, berjalan keluar rumah saja saya sudah tidak mampu," ungkap Rustam dengan suara lirih saat dikunjungi, seperti dikutip dari berbagai sumber.
Dalam kondisi inilah Rica mengambil peran. Di usia yang masih sangat belia, ia harus memastikan ayahnya terawat, sembari mencari cara agar dapur tetap mengepul, meski hanya dengan bantuan warga sekitar atau menawarkan jasa pekerjaan ringan.
Rica sendiri sebenarnya sangat ingin bersekolah. "Saya ingin ia sekolah, ia juga ingin sekolah. Namun saya benar-benar tidak mampu membiayai dan sekolah letaknya jauh, harus diantar jemput," tambah Rustam, menahan pilu.
Fakta di lapangan, yang kemudian dikonfirmasi oleh Dinas Sosial Provinsi Bengkulu, bahkan lebih memilukan. Rica, di usianya yang ke-12, ternyata belum pernah sama sekali menginjak bangku sekolah. Pengorbanannya untuk sang ayah benar-benar total.
Saat Negara Hadir: Respon Cepat Pemerintah
Kisah bakti Rica, yang awalnya hanya diketahui tetangga terdekat, akhirnya bergema luas berkat peran media dan kepedulian masyarakat. "Surat cinta" Rica yang tak tertulis itu akhirnya sampai ke telinga para pemimpin di Bengkulu.
Respon pertama datang dari orang nomor satu di Kabupaten Kaur. Bupati Gusril Pausi, S.Sos, M.AP, mengaku terkejut begitu membaca berita tentang warganya. Tak menunggu lama, pada Minggu (26/10/2025), ia langsung mendatangi kediaman Rica di Desa Tebing Rambutan.
"Saya membaca berita, ada warga saya usia 12 tahun tidak sekolah karena harus menghidupi ayahnya yang lumpuh. Membaca berita itu saya sungguh terkejut serta langsung saya datangi," ujar Gusril.
Bupati Gusril tidak datang dengan tangan kosong. Ia memastikan negara hadir untuk menjawab dilema Rica.
"Saya pastikan Rica harus mendapatkan pendidikan. Segala kebutuhannya untuk sekolah sudah kami persiapkan, termasuk administrasi seperti Kartu Keluarga (KK), KTP ayahnya, dan lainnya," tegas Bupati.
Tak hanya jaminan pendidikan, Pemkab Kaur bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) setempat juga langsung memberikan bantuan tunai, sembako, dan berbagai perlengkapan harian untuk meringankan beban keluarga Rustam.
Bupati Gusril pun mengapresiasi peran media. "Tanpa media, mungkin pemerintah tidak bisa menjangkau hingga ke pelosok sekecil ini. Begitu saya mendapat informasi, langsung saya koordinasikan agar bisa turun langsung," katanya.
Gubernur Helmi Hasan: "Tidak Boleh Ada Anak Putus Sekolah!"
Gelombang kepedulian tak berhenti di tingkat kabupaten. Pada Senin (27/10/2025), Gubernur Bengkulu, H. Helmi Hasan, S.E., turut memberikan respon tegas.
Gubernur Helmi menegaskan komitmennya bahwa di Bumi Rafflesia, hak anak atas pendidikan adalah prioritas yang tidak bisa ditawar.
"Tidak boleh ada anak di Bengkulu putus sekolah," tegas Helmi Hasan di Bengkulu.
Gubernur langsung bergerak. "Bupati Kaur sudah saya telpon untuk melakukan kunjungan ke sana (dan sudah dilakukan). Dinas Sosial juga saya sudah minta untuk turun langsung ke lapangan beserta Baznas," ujarnya.
Bagi Gubernur Helmi, kasus seperti Rica bukanlah yang pertama, dan sistem harus siap merespon. Ia menekankan bahwa laporan serupa di tempat lain telah ditindaklanjuti, menunjukkan bahwa sinergi antara Pemprov, Pemkab, dan lembaga seperti BAZNAS harus terus berjalan untuk menyisir anak-anak yang rentan putus sekolah.
Solusi Konkret: Rica Akan Masuk "Sekolah Rakyat"
Lantas, bagaimana Rica akan mengejar ketertinggalannya? Mengingat usianya sudah 12 tahun namun belum pernah sekolah, memasukkannya ke kelas 1 SD reguler tentu bukan solusi yang tepat.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Bengkulu, Swifanedi Yusda, memberikan penjelasan. "Kami sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kaur. Dari data Desil yang ada, anak ini masuk dalam desil satu dan dua (kategori sangat miskin)," ungkap Swifanedi, Senin (27/10/2025).
"Karena anak ini sudah 12 tahun umurnya, memang belum pernah duduk di bangku sekolah. Makanya kita anjurkan masuk dalam sekolah rakyat," jelasnya.
"Sekolah Rakyat" atau program pendidikan non-formal seperti Pendidikan Kesetaraan (PKBM) menjadi solusi paling tepat. Ini memungkinkan Rica mendapatkan ijazah yang setara (Paket A untuk SD) dengan kurikulum yang disesuaikan, sehingga ia bisa mengejar ketertinggalan akademisnya tanpa merasa canggung secara usia.
Pelajaran dari Pengabdian Rica
Adik sanak sahabat cari bengkulu, kisah Rica adalah tamparan sekaligus inspirasi. Ini adalah pengingat bahwa di sekitar kita, mungkin masih banyak "Rica" lain yang diam-diam berjuang, mengorbankan masa depan mereka demi keluarga.
Namun, kisah ini juga menjadi bukti nyata kekuatan gotong royong. Ketika masyarakat peduli, media menyuarakan, dan pemerintah (Bupati, Gubernur, Dinsos, BAZNAS) bergerak cepat, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.
Bakti tulus Rica kepada ayahnya kini telah dijawab. Mimpi gadis kecil dari Nasal, Kaur, untuk bisa membaca dan menulis, kini selangkah lagi menjadi nyata. Pengorbanannya tidak sia-sia; ia tidak hanya merawat ayahnya, tetapi juga telah menggerakkan hati banyak orang untuk peduli.


0 Comments