BENGKULU, caribengkulu.com - Krisis BBM yang melanda Bengkulu saat ini bukanlah kejadian mendadak. Jejak permasalahan ini sudah mulai terlihat sejak pertengahan April 2025, namun puncaknya baru dirasakan pada akhir Mei dengan antrean mengular hingga 2 kilometer dan harga eceran yang melonjak fantastis.
Timeline Krisis BBM Bengkulu:
Pertengahan April 2025: Sinyal Awal Masyarakat Bengkulu mulai mengeluhkan sulitnya mendapat BBM jenis Pertalite dan Pertamax di beberapa SPBU. Pada masa ini, kelangkaan masih bersifat sporadis dan belum menyebar ke seluruh wilayah. SPBU KM 6,5 tercatat sebagai yang pertama menerapkan sistem pembatasan pembelian BBM bersubsidi.
22 April 2025: Pertama Kali Dilaporkan Media Masyarakat Bengkulu Tengah resmi melaporkan kesulitan mendapat BBM kepada media lokal. Yani, warga Bengkulu Tengah, mengaku sudah keliling lima SPBU namun semuanya kosong. "Terpaksa beli bensin eceran di pinggir jalan dengan harga Rp17.000 per liter," keluhnya.
30 April 2025: Antisipasi Pertamina Pertamina mengumumkan penambahan armada mobil tangki untuk mengantisipasi gangguan distribusi BBM ke Bengkulu. Namun langkah ini terbukti tidak cukup untuk mengatasi akar permasalahan.
17-21 Mei 2025: Puncak Krisis Periode ini menjadi titik terparah krisis BBM Bengkulu. Sales Area Manager Pertamina Bengkulu, Farid Akbar, mengkonfirmasi adanya gangguan distribusi dari Terminal Lubuk Linggau ke Bengkulu yang berlangsung selama lima hari berturut-turut.
22 Mei 2025: Intervensi DPR RI DPR RI Komisi VI menggelar RDP dengan Direktur Utama Pertamina khusus membahas krisis BBM Bengkulu. Ini merupakan kali pertama masalah BBM daerah diangkat ke forum parlemen nasional.
23 Mei 2025: Kapal Keruk Tiba Kapal keruk CSD Costa Fortuna 3 dan AHT Costa Fortuna 5 resmi bersandar di Pelabuhan Pulau Baai untuk memulai pengerukan alur pelabuhan yang mengalami pendangkalan sejak awal tahun.
24-25 Mei 2025: Antrean Mencapai Puncak Antrean di SPBU-SPBU utama Bengkulu mencapai puncaknya. SPBU Tebeng mencatat antrean hingga 2 kilometer, sementara SPBU Bumi Ayu antrean mencapai 1 kilometer. Beberapa SPBU memberikan pelayanan 24 jam untuk mengurangi antrean.
26 Mei 2025: Demo Mahasiswa Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggelar aksi damai di Kantor Gubernur Bengkulu menuntut penyelesaian krisis BBM. Video janji Gubernur Helmi Hasan untuk menghapus antrean BBM dalam 100 hari masa kerja kembali viral.
Faktor-Faktor Pemicu Krisis:
- Pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai: Masalah utama yang membuat kapal tanker BBM tidak bisa bersandar sejak awal 2025. Pengerukan baru dimulai pada 23 Mei 2025.
- Gangguan Distribusi Kereta Api: Jalur distribusi dari Palembang ke Lubuk Linggau mengalami kendala operasional yang memperparah kelangkaan.
- Keterbatasan Armada Darat: Minimnya armada mobil tangki untuk distribusi via jalur darat ketika jalur laut terganggu.
- Sistem Kuota yang Tidak Proporsional: Dugaan adanya ketimpangan dalam penentuan kuota BBM untuk Bengkulu dibanding provinsi tetangga.
Dampak yang Ditimbulkan:
- Ekonomi: Kerugian HPMPI mencapai Rp15 miliar, penurunan aktivitas UMKM hingga 30%
- Sosial: Ribuan driver ojek online dan pedagang keliling kehilangan mata pencaharian
- Inflasi Daerah: Harga BBM eceran melonjak hingga Rp30.000 per liter di beberapa wilayah
- Kesehatan: Meningkatnya tingkat stres masyarakat akibat kesulitan beraktivitas
Respons Pemerintah:
Gubernur Helmi Hasan telah mengambil beberapa langkah strategis:
- Mengirim surat resmi ke Menteri BUMN dan Direksi Pertamina
- Meminta penambahan kuota BBM untuk Bengkulu
- Mendorong penguatan sistem barcode untuk mencegah penyalahgunaan
- Mengkoordinasikan percepatan pengerukan Pelabuhan Pulau Baai
Solusi yang Sedang Dijalankan:
- Pengerukan Pelabuhan: Kapal keruk sudah mulai bekerja untuk menormalkan alur Pulau Baai
- Penambahan Armada: HPMPI mengusulkan penambahan 5 unit mobil tangki berkapasitas 16 kiloliter
- Perubahan Rute Distribusi: Mengalihkan distribusi dari Palembang ke Lubuk Linggau yang lebih efisien
- Sistem Pembatasan: Membatasi pembelian BBM per kendaraan untuk pemerataan
Proyeksi ke Depan:
Pertamina memperkirakan kondisi stok BBM akan berangsur membaik dalam 2 minggu ke depan seiring normalisasi distribusi dari Lubuk Linggau. Namun, solusi permanen baru akan tercapai setelah pengerukan Pelabuhan Pulau Baai selesai.
Dr. Anzori Tawakal memperingatkan bahwa tanpa solusi struktural, krisis serupa akan berulang. "Bengkulu harus memiliki sistem distribusi BBM yang lebih tangguh dan tidak bergantung pada satu jalur saja," tegasnya.
Krisis BBM Bengkulu April-Mei 2025 ini menjadi pembelajaran penting tentang pentingnya ketahanan energi daerah dan perlunya sistem distribusi yang lebih adil dan merata untuk seluruh wilayah Indonesia.
0 Comments