25

Hujan Ringan

Sabtu, 06 September 2025 07:00

Efek Domino Krisis BBM: Ojek Online Gulung Tikar, UMKM Bengkulu Sekarat
0 Likes
770 Views
Berita  Ekonomi

Efek Domino Krisis BBM: Ojek Online Gulung Tikar, UMKM Bengkulu Sekarat

BENGKULU, Caribengkulu.com - Krisis BBM yang melanda Bengkulu tidak hanya menguras kantong masyarakat, tetapi juga menciptakan efek domino yang melumpuhkan sektor ekonomi mikro. Ribuan driver ojek online, pedagang keliling, dan pelaku UMKM terpaksa mengurangi aktivitas atau bahkan gulung tikar akibat ketidaktersediaan BBM dengan harga terjangkau.

Data yang dihimpun dari aplikasi ride-hailing menunjukkan penurunan drastis jumlah driver aktif di Bengkulu sejak krisis BBM mencapai puncaknya pada pertengahan Mei 2025. Dari sekitar 3.500 driver yang biasanya aktif, kini hanya tersisa sekitar 1.200 driver yang masih beroperasi.

"Saya udah seminggu ini gak bisa kerja. Beli bensin eceran Rp20.000 per liter, sementara tarif ojek online segitu-gitu aja. Malah rugi kalau dipaksa kerja," keluh Randi, driver ojek online yang biasanya beroperasi di area Kota Bengkulu.

Dampak serupa dirasakan oleh pedagang keliling. Ibu Sari, penjual nasi gudeg keliling, mengaku sudah lima hari tidak bisa berjualan karena tidak mendapat BBM untuk motornya. "Biasanya saya jualan bisa dapat Rp200.000 per hari. Sekarang malah gak bisa jualan sama sekali," ungkapnya dengan nada getir.

Kondisi ini diperparah oleh ketidakpastian pasokan BBM. Bahkan ketika ada SPBU yang buka, antrean bisa mencapai 3-4 jam, yang artinya para driver kehilangan waktu produktif untuk mencari penghasilan.

Ketua Asosiasi Driver Online Bengkulu, Yudi Pratama, mengatakan banyak driver yang memilih pindah profesi sementara atau bahkan pindah ke daerah lain. "Ada driver yang pulang kampung ke daerah asal karena tidak bisa beroperasi di Bengkulu. Ini sangat memprihatinkan," jelasnya.

Sektor UMKM juga tidak luput dari dampak krisis ini. Warung makan, toko kelontong, dan usaha kecil lainnya yang bergantung pada distribusi barang mengalami penurunan omzet drastis. Biaya logistik melonjak karena harga BBM yang tinggi, sementara daya beli masyarakat menurun.

"Biaya antar barang sekarang naik 100%. Pedagang kecil seperti saya yang biasanya untung tipis, sekarang malah bisa rugi kalau harga jual dinaikkan," kata Pak Joko, penjual sembako di Pasar Minggu Bengkulu.

Data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa sekitar 30% UMKM di provinsi ini bergantung pada transportasi untuk distribusi barang. Krisis BBM membuat biaya operasional mereka melonjak hingga 150%.

"Kami sudah menerima laporan dari berbagai daerah bahwa UMKM mulai kesulitan beroperasi. Ini akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah," ungkap Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Bengkulu, Dra. Yetty Herlina.

Sektor pertanian juga terdampak. Petani kelapa sawit di Bengkulu Tengah mengeluh kesulitan mengangkut hasil panen karena tingginya biaya transportasi. "Harga TBS (Tandan Buah Segar) naik, tapi biaya angkut juga naik. Akhirnya untung petani tetap tipis," kata Surya, petani sawit di Kecamatan Talo.

Dampak psikologis juga mulai terasa. Banyak masyarakat yang mengalami stres karena kesulitan mendapat BBM untuk beraktivitas sehari-hari. Beberapa kasus keributan kecil di SPBU juga mulai terjadi akibat frustrasi masyarakat.

"Setiap hari mikirin bensin, stres jadinya. Kerja aja susah, anak sekolah juga kadang telat karena gak ada kendaraan," curhat Ibu Ratna, ibu rumah tangga di Kelurahan Penurunan.

Berdasarkan survei singkat yang dilakukan tim CariBengkulu.com, sekitar 60% responden menyatakan bahwa krisis BBM telah mengurangi aktivitas ekonomi mereka. Sebanyak 40% mengaku pendapatan menurun drastis, sementara 20?hkan tidak bisa bekerja sama sekali.

Ekonom Universitas Bengkulu, Dr. Supomo, memperingatkan bahwa jika krisis ini berlanjut, dampaknya akan meluas ke sektor formal. "Perusahaan-perusahaan besar juga akan terdampak jika biaya logistik terus meningkat. Ini bisa memicu inflasi daerah," analisisnya.

Untuk mengatasi hal ini, beberapa inisiatif masyarakat mulai bermunculan. Ada yang membentuk kelompok patungan untuk membeli BBM dalam jumlah besar, ada juga yang menggunakan sistem barter untuk mengurangi ketergantungan pada transportasi berbayar.

"Kita bikin sistem gotong royong. Yang punya bensin bantu yang gak punya, nanti dibayar belakangan kalau sudah normal," kata Kades Tanjung Baru, Kabupaten Kaur.

Gubernur Bengkulu Helmi Hasan mengakui bahwa dampak krisis BBM sudah sangat luas. "Ini bukan sekadar masalah bensin, tapi masalah ekonomi kerakyatan. Kita harus segera mencari solusi komprehensif," tegasnya.

Pemerintah daerah kini berencana membuat program bantuan darurat untuk pelaku UMKM yang terdampak krisis BBM. Program ini meliputi pinjaman lunak, keringanan pajak daerah, dan bantuan modal kerja.

"Kita tidak bisa biarkan UMKM gulung tikar karena masalah BBM. Mereka adalah tulang punggung ekonomi daerah," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bengkulu.

Krisis BBM Bengkulu menjadi pembelajaran penting bahwa ketahanan energi tidak hanya masalah teknis, tapi juga masalah keadilan sosial ekonomi. Tanpa penyelesaian cepat, dampaknya akan sangat besar terhadap kehidupan masyarakat kecil.

Label Postingan
Kategori Lainnya
Berita Lainnya
Sektor Lainnya
0 Comments