CARIBENGKULU.COM, KEPAHIANG – Di tengah keluhan petani kopi tentang cuaca ekstrem yang tak menentu, sekelompok perempuan tangguh di Kabupaten Kepahiang justru datang membawa kabar baik. Panen mereka tidak hanya selamat, tapi berlipat ganda.
Adik sanak sahabat cari bengkulu, inilah kisah inspiratif dari Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim, atau yang akrab disapa Koppi Sakti.
Inovasi mereka yang disebut "Kebun Kopi Tangguh Iklim" berhasil memukau Bupati Kepahiang, H. Zurdi Nata, hingga ia berucap, “Ini yang saya cari!”
Seruan tulus itu terlontar saat Bupati Zurdi Nata menerima audiensi dari perwakilan Koppi Sakti di ruang kerjanya, Kamis (16/10/2025). Ia begitu antusias melihat inovasi yang tidak hanya menjawab tantangan perubahan iklim, tetapi juga digerakkan sepenuhnya oleh para petani perempuan.
"Inovasi (Kebun Kopi Tangguh Iklim) ini bisa menjadi contoh bagi perempuan petani kopi lainnya," ujar Bupati Nata, didampingi Kepala Dinas Pertanian Kepahiang, Ir. Taufik, dan jajarannya.
Berawal dari Resah, Berakhir dengan Panen Melimpah
Inisiatif ini bukan lahir dari ruang hampa. Ia lahir dari keresahan para petani di lapangan. Perubahan iklim yang drastis, adik sanak, telah memukul telak kebun-kebun kopi.
Supartina Paksi, salah satu perwakilan Koppi Sakti, menceritakan dampaknya. "Bunga kopi kini lebih sedikit dan banyak yang gugur, sehingga harum khas bunga kopi di kebun pun berkurang," ujarnya.
Masalah bunga yang gugur dan kualitas yang menurun ini menjadi momok bagi petani. Namun, Koppi Sakti menolak menyerah.
Mereka menerapkan model pengelolaan kebun yang ramah lingkungan, mendukung pertanian organik, dan berkelanjutan. Caranya? Mereka tidak lagi bergantung pada satu tanaman. Kebun kopi mereka kini menerapkan sistem polikultur.
"Selain kopi, kebun kami juga menghasilkan berbagai produk pertanian lain seperti sayur, rempah, dan buah-buahan," jelas Supartina.
Hasilnya, selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri, panen tumpang sari ini juga memberikan tambahan pendapatan yang signifikan.
Dari 700 Kg Menjadi 1,7 Ton: Ini Buktinya!
Metode ini terbukti bukan sekadar teori. Siti, salah satu petani perempuan anggota Koppi Sakti, memberikan kesaksian nyata.
Ia mengungkapkan, sebelum menerapkan metode tangguh iklim, hasil panennya tahun lalu hanya sekitar 700 kilogram. Tahun ini, angkanya melonjak drastis.
"Sekarang (hasil panen) mencapai 1.700 kilogram," ungkap Siti dengan bangga.
Peningkatan lebih dari dua kali lipat ini, menurut Siti, membuktikan bahwa teknik yang tepat dapat mendongkrak produktivitas, bahkan ketika cuaca sedang tidak bersahabat.
Data ini sejalan dengan temuan di lapangan, di mana rata-rata hasil panen petani yang biasanya hanya 800 kilogram per hektare, kini berpotensi meningkat menjadi 1,7 ton per hektare dengan metode tangguh iklim.
Kunci Sukses: Mandiri Pupuk dan Peran Sentral Perempuan
Apa rahasia lain di balik lonjakan panen ini? Jawabannya adalah kemandirian. Para perempuan 'Koppi Sakti' ini tidak lagi pusing memikirkan harga pupuk kimia yang mahal.
"Kami tidak perlu lagi membeli pupuk kimia yang selama ini menjadi beban pengeluaran," kata Supartina.
Mereka membuat pupuk organik sendiri menggunakan bahan-bahan alami yang melimpah di kebun, seperti rerumputan, dedaunan, ranting, hingga sekam kopi. Bahan-bahan itu diolah di dalam lubang angin atau yang mereka sebut "mini rorak".
Inisiatif ini juga sukses menyorot peran perempuan yang selama ini sering terabaikan.
"Mungkin selama ini pemerintah daerah belum melihat peran penting perempuan dalam pengelolaan kebun kopi," ujar Siti Hermi, perwakilan Koppi Sakti lainnya.
"Langkah kami membangun Kebun Kopi Tangguh Iklim ini bisa menjadi bukti bahwa pemberdayaan perempuan petani kopi sangat penting dan berdampak besar pada keberlanjutan sektor pertanian," tegasnya.
Dukungan Penuh Pemkab Kepahiang
Gerakan yang diinisiasi oleh para perempuan dari 10 desa—yakni Desa Pulo Geto, Pulo Geto Baru, Durian Depun, Simpang Kota Bingin, Bukit Barisan, Suro Muncar, Suro Baru, Pekalongan, Tanjung Alam, dan Air Hitam—ini kini mendapat "lampu hijau" penuh dari pemerintah daerah.
Kepala Dinas Pertanian Kepahiang, Taufik, menilai inisiatif ini sangat relevan untuk merespons isu global, terutama perubahan iklim, sekaligus mendukung program unggulan daerah dalam peningkatan produktivitas kopi.
"Ini bisa menjadi model yang bisa diadopsi di wilayah lain," kata Taufik.
Hal senada disampaikan Kabid Perkebunan, Karyo Fauzan, yang menyebut langkah Koppi Sakti sejalan dengan tren dunia yang bergerak ke pertanian organik. "Arah jangka panjang program peningkatkan produktivitas kopi adalah organik. Ini adalah isu dunia," ujarnya.
Bupati Zurdi Nata pun tak main-main. Ia menegaskan akan segera meminta Dinas Pertanian melakukan kajian dan telaah regulasi untuk memfasilitasi program ini.
"Intinya, saya amat sangat mendukung inovasi ini. Pemkab Kepahiang akan melakukan pelatihan tentang langkah-langkah dalam mengelola kebun tangguh iklim ini agar dapat diperluas kepada petani lainnya," pungkas Bupati.
Kisah Koppi Sakti adalah bukti nyata bahwa dari Kepahiang, dari tangan-tangan perempuan tangguh, solusi untuk masalah global bisa lahir, membawa harapan baru bagi semerbak harum bunga kopi dan kesejahteraan petani Bengkulu.
0 Comments