BENGKULU, caribengkulu.com – Angka Rp1,3 miliar yang digelontorkan Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk Festival Tabut 2025 bukan sekadar biaya. Ia adalah sebuah investasi strategis yang diharapkan dapat memutar roda perekonomian lokal lebih kencang, terutama dengan pemindahan lokasi ke Sport Center Pantai Panjang.
Keputusan memindahkan episentrum acara ke kawasan yang lebih luas dan representatif ini membawa implikasi ekonomi yang signifikan. Para analis dan pelaku usaha memandang langkah ini sebagai peluang emas untuk mendongkrak pendapatan di berbagai sektor, mulai dari UMKM, perhotelan, transportasi, hingga jasa pariwisata lainnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu, Herwan Antony, menegaskan bahwa meskipun ada efisiensi anggaran secara umum, pelaksanaan Tabut tidak boleh kehilangan makna dan momentumnya. "Festival Tabot 2025 insyaallah akan lebih membumi dibanding tahun sebelumnya," ujarnya. "Membumi" dalam konteks ini dapat diartikan sebagai dampak yang lebih terasa langsung oleh masyarakat.
Efek Domino Ekonomi Festival
Pertama, sektor UMKM menjadi penerima manfaat paling langsung. Kebijakan kios gratis dari Gubernur Helmi Hasan dan penyediaan tenda oleh EO adalah stimulus luar biasa. Tanpa beban biaya sewa, para pedagang dapat memaksimalkan keuntungan dan bahkan menawarkan harga yang lebih kompetitif. Ini akan menciptakan perputaran uang yang masif di lokasi acara. Kehadiran peserta dari kabupaten lain, seperti Pemkab Kaur, juga akan memperkaya keragaman produk dan memperluas jaringan pasar.
Kedua, sektor akomodasi dan transportasi. Visi internasionalisasi Tabut dengan mengundang duta besar dan tamu dari luar daerah berpotensi meningkatkan tingkat hunian hotel (okupansi) di sekitar Kota Bengkulu. Penyedia jasa transportasi, baik online maupun konvensional, juga akan kecipratan rezeki dari mobilitas ribuan pengunjung yang datang dari dalam dan luar provinsi.
Ketiga, pariwisata turunan. Festival Tabut berfungsi sebagai magnet utama. Pengunjung yang datang untuk Tabut kemungkinan besar juga akan mengunjungi destinasi wisata lain di sekitar Bengkulu, seperti Rumah Pengasingan Bung Karno, Benteng Marlborough, atau pantai-pantai lainnya. Ini menciptakan multiplier effect bagi industri pariwisata secara keseluruhan.
Keempat, penyerapan tenaga kerja temporer. Penyelenggaraan event sebesar ini, mulai dari pembangunan panggung, tenda, hingga pengelolaan parkir dan kebersihan, akan membutuhkan tenaga kerja. Meskipun bersifat sementara, ini memberikan peluang pendapatan bagi warga sekitar.
Investasi Jangka Panjang
Pemindahan lokasi ke Sport Center juga harus dilihat sebagai investasi infrastruktur jangka panjang. Penataan kawasan yang menyertainya, seperti pemasangan 226 lampu jalan oleh Pemkot Bengkulu dengan dana Rp2 miliar, tidak hanya bermanfaat selama festival. Fasilitas ini akan secara permanen meningkatkan nilai dan keamanan kawasan wisata Pantai Panjang, menjadikannya lebih menarik bagi wisatawan sepanjang tahun.
Meskipun ada tantangan, seperti permintaan tambahan anggaran dari keluarga pelaksana ritual (KKT dan KETAB), investasi awal sebesar Rp1,3 miliar ini adalah pemicu. Keberhasilannya akan bergantung pada seberapa baik pemerintah dan penyelenggara mampu mengelola arus pengunjung dan menciptakan ekosistem yang kondusif bagi transaksi ekonomi. Jika berhasil, Festival Tabut 2025 tidak hanya akan menjadi sukses secara budaya, tetapi juga sebuah model sukses bagaimana sebuah event dapat menjadi lokomotif ekonomi daerah.
0 Comments