
Di salah satu sudut Jalan Manggis Raya, Panorama Kota Bengkulu, sebuah tempat yang dahulu hanya meninggalkan jejak abu kini berdiri kembali dengan wajah baru yang lebih segar, lebih hidup, dan lebih bermakna. Itulah Jamu Kito, rumah bagi tradisi herbal Bengkulu yang tak hanya pulih dari luka, tetapi juga bangkit dengan tekad dan visi yang lebih kuat. Pada 3 Agustus 2025, Jamu Kito resmi melakukan re-opening, menjadi simbol nyata bahwa dari musibah bisa lahir harapan yang jauh lebih besar.
Setahun lalu, api menghanguskan sebagian besar bangunan dan isi usaha ini. Bukan hanya materi yang hilang, tapi juga harapan yang sempat terguncang. Namun Aulia, sosok perempuan tangguh di balik Jamu Kito, menolak untuk menyerah. Ia adalah anggota aktif TDA Bengkulu dan pengurus divisi Edukasi di komunitas tersebut. Bagi Aulia, musibah bukan akhir cerita, melainkan awal baru untuk menulis lembar perjuangan yang lebih bermakna. Dengan semangat yang tak padam, ia membangun ulang tempat ini, bukan sekadar ruang berjualan, tetapi menjadi pusat kesehatan alami dan edukasi herbal yang kekinian.
Wajah baru Jamu Kito tak hanya tampak dari desain tempatnya yang lebih modern dan nyaman, tetapi juga dari kolaborasi yang kuat dengan sesama pelaku kreatif lokal. Kini, pengunjung bisa merasakan pengalaman menyeluruh: relaksasi di spa herbal, menikmati racikan minuman sehat dari Tapanneron, hingga membawa pulang kaos khas Bengkulu dari Serkay.bkl. Semua ini lahir dari mimpi besar Aulia: menjadikan Jamu Kito bukan hanya tempat usaha, tapi etalase budaya dan gaya hidup sehat ala Bengkulu yang bisa dibanggakan.
Re-opening ini diresmikan langsung oleh Wali Kota Bengkulu, Dedy Wahyudi. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan harapan besar agar Jamu Kito bisa mengharumkan nama Bengkulu, bukan hanya di kancah lokal, tetapi juga nasional. Harapan itu bukan sekadar formalitas seremonial, tetapi sebuah pengakuan atas perjuangan yang tak kenal lelah, dan keberanian untuk bermimpi lebih tinggi.
Jamu Kito kini bukan lagi sekadar nama usaha. Ia adalah simbol ketekunan, semangat gotong royong, dan kepercayaan bahwa yang lokal bisa menjadi luar biasa. Aulia tidak hanya menjual jamu, ia meracik kembali kepercayaan masyarakat terhadap warisan nenek moyang yang selama ini nyaris terpinggirkan. Ia ingin generasi muda melihat jamu bukan sebagai minuman kuno, tetapi sebagai gaya hidup sehat yang bisa dijalani dengan bangga dan bergaya.
Setiap sudut bangunan yang kini berdiri kokoh itu menyimpan cerita: tentang tangan yang bekerja siang malam, tentang dukungan dari komunitas, tentang keluarga yang tetap percaya, dan tentu saja tentang warga Bengkulu yang ikut mendoakan dan menanti kebangkitannya.
Jamu Kito telah membuktikan bahwa cita-cita tak akan padam meski diterpa badai. Ia bangkit bukan hanya untuk kembali berdagang, tapi untuk menyampaikan pesan kepada siapa saja yang pernah jatuh: bahwa kita bisa bangkit, lebih kuat, lebih indah, dan lebih bermanfaat. Semoga dari tempat ini, semangat lokal terus tumbuh dan memberi warna bagi Bengkulu dan Indonesia.
0 Comments